Archive for Agustus 2015
Kisah Tiga Sahabat, Pendiri Bangsa dan Pejuang Kemerdekaan
Rabu, 19 Agustus 2015
Posted by ismailamin
Tag :
Indonesiana
HOS. Cokrominoto [pendiri SI] guru bangsa, yang belum ditemui tandingannya sampai saat ini, memiliki 3 murid kesayangan, Soekarno, Semaun dan Sekarmadji. Ketiganya, bukan sekedar akrab, namun juga satu kamar di kost-an gurunya. Meski satu pengajian, mereka lebih dibentuk oleh bahan bacaan mereka. Cita2 ketiganya sama, kemerdekaan nusantara dari penjajahan asing.
Setiap lewat pertengahan malam, ketiganya bangun bersama. Ketiganya tahajjud. Begitu selesai, Soekarno menyingkir keruangan kosong, disitu dia belajar berorasi. Semaun memahah transkrip pemikiran Karl Marx yang digilainya. Sekarmadji lebih memilih memperlama tahajjudnya. Dikisahkan mereka biasa saling menjahili dan saling melempar joke.
Sayang, dalam perkembangan selanjutnya, Semaun lebih sering ‘bentrok’ pemikiran dengan gurunya. Baginya, gurunya sudah tidak memahami konteks perjuangan saat itu. Namun sang guru tidak marah, baginya Semaun hanyalah murid yang lagi membandel. Meski berbeda konstruk pemikiran, Semaun tetap nyantri pada gurunya. Dia dijuluki Islam radikal, karena sikapnya yang tidak mengenal kompromi. Dia bersama murid HOS Cokrominoto yang lain, Musso dan Alimin dikenal sebagai SI merah.
Soekarno sangat hormat pada gurunya. Saking hormatnya, ia sering duduk didepan kaki gurunya. Sekarmadji lebih jauh lagi, ia tidak memiliki penentangan sama sekali pada gurunya. Dia dikenal sebagai Islam minded dan sangat taat sama gurunya, semua pikirannya sama dengan apa yang dikehendaki gurunya. Karena terlalu patuhnya itulah, dia dijadikan sekretaris pribadi oleh sang guru.
Siapa sangka, pada perkembangan selanjutnya, ketiga murid kesayangan HOS Cokrominoto harus berseteru dalam konstruk ideologis yang berbeda.
Soekarno mencita-citakan berdirinya Republik yang berdasarkan pada nasionalisme yang mengandung semangat Islamisme dan Marxisme. Ia menamakan ajarannya Marhaenisme. Ia selalu memperkenalkan, marhaenisme adalah marxisme ala Indonesia. Dia mendirikan Partai Nasional Indonesia [PNI].
Sekarmadji bercita-cita mendirikan negara yang berbasis ajaran Islam, dia menamakan negara impiannya, Negara Islam Indonesia. Dia mendirikan Partai Syarekat Islam Indonesia [PSII] yang merupakan kelanjutan dari SI. Sementara Semaun mendambakan Republik Sosialis Indonesia. Dia mendirikan Partai Komunis Indonesia [PKI], pecahan dari Syarekat Islam.
Melalui partai yang didirikannya, Semaun memproklamasikan berdirinya, Republik Sosialis Indonesia sekaligus menghantam Belanda tahun 1926. Kurang matang, pemberontakan tersebut berhasil diberangus. Semaun diasingkan keluar negeri.
Soekarno yang memakai taktik kompromi dengan pihak asing lebih beruntung. Kelebihannya pula, ia mampu menggaet dan mendapat kepercayaan dari tokoh-tokoh pergerakan lainnya, yang berbeda-beda ideologi perjuangan. Diapun lihai memobilisasi massa dan mendapat kepercayaan rakyat. Ia akhirnya berhasil memproklamasikan berdirinya Republik Indonesia, tahun 1945. Disebutkan, sebenarnya Sekarmadji sempat memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia lebih dulu dari Soekarno, namun menghargai sahabatnya, ia menarik proklamasinya dan memilih mendukung Republik Indonesia.
Terlalu banyak kompromi dengan asing, Semaun berang terhadap Soekarno, hanya saja tidak bisa berbuat apa-apa karena diluar negeri. Dia pengaruhi Musso, murid HOS Cokrominoto yang lain, yang sealiran dengannya. Di Madiun 1948 Musso memproklamasikan berdirinya, Republik Sosialis Indonesia. Meletuslah perang saudara pertama. Soekarno harus berhadapan dengan sahabat seperguruannya sendiri. Batalyon Siliwangi dikerahkan menghantam tentara-tentara sosialis. Soekarno menang, Musso terbunuh. Dengan mata sembab dalam pidatonya, dia menyalahkan Semaun yang disebutnya tidak sabaran. Meski PKI bentukan Semaun, dibalik peristiwa tersebut, Soekarno tidak pernah menyebut itu sebagai Pemberontakan PKI, sejarah versi Orde Lama menyebutnya peristiwa Madiun 1948, Orde Barulah yang kemudian menyebut dalam sejarah, peristiwa tersebut sebagai pemberontakan PKI dan menyebut pelaku-pelakunya sebagai pengkhianat dan pemberontak.
Setahun berikutnya, sahabatnya yang lain juga meluapkan kemarahan. Kemarahan Sekarmadji pada Soekarno, karena Soekarno menghapus kalimat “... dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” pada Piagam Jakarta sehingga hanya menyisakan kalimat, “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Tahun 1949, Sekarmadji mendirikan Negara Islam Idonesia lengkap dengan qanun asasinya yang berdasar Islam. Dia menyusun pemerintahan dan mengangkat diri sebagai Imam Darul Islam. Dia punya perwakilan dan aparat di Aceh, Kalimantan dan Sulawesi.
Butuh 13 tahun Soekarno untuk menghentikan perjuangan sahabat lamanya itu. Sekarmadji akhirnya ditangkap, diusianya yang semakin senja dan mulai sakit-sakitan. Sang imam dihadapkan di mahkamah militer, dan dijatuhi vonis mati. Dengan berat hati, Soekarno menandatangani perintah eksekusi mati teman lamanya itu. Versi lainnya menyebutkan, Soekarno sebenarnya memerintahkan, agar Sekarmadji ditangkap hidup-hidup. Namun TNI atas perintah AH. Nasution, malah mengeksekusi mati Sekarmadji. Soekarno berang, “Mengapa sahabatku dibunuh?”. Itu sebabnya, Nasution digeser dari jabatannya oleh Soekarno, dan hanya memegang jabatan seremonial, menjadi kepala staff angkatan bersenjata. Hubungan Soekarno dan TNI menjadi renggang.
Kehilangan Semaun, terus Musso, dan sahabatnya Sekarmadji, Soekarno merumuskan NASAKOM. Dia mengajukan konsep penyatuan ketiga aliran ideologis itu. Nasionalisme, Islamisme [Agama] dan Komunisme. Soekarno selalu mengatakan, ketiga ideologi tersebut tidak semestinya saling bertikai dan berebut pengaruh, ketiganya bisa sejalan. Dia berkali-kali menyebut, Nasakom adalah perasan dari Pancasila. Ketiga aliran ideologi tersebut, memiliki titik temu yang sama, yaitu anti kapitalisme dan liberalisme. Ketiga aliran ideologi itulah yang sama-sama memperjuangkan kemerdekaan nusantara.
Sayang, konsep Nasakom itu belum matang, telah terjadi peristiwa tahun 1965 yang mengubah haluan arah bangsa dalam sehari. Soeharto yang pro Barat naik kepanggung politik nasional, dan menjadi pimpinan tertinggi. Atas perintahnya, Komunis dihancurkan, Islam dibonsai. Komunis dijadikan ideologi terlarang, Islam dimata-matai dan gerakannya diberangus. Soeharto melakukan pembajakan yang gila-gilaan atas Pancasila. Dalam versi sejarah bangsa yang dibuatnya, Soekarno malah dikesankan telah melakukan pengkhiatan atas Pancasila yang dirumuskannya sendiri. Melalui publikasi yang gencar dan penguasaan sepenuhnya atas kurikulum pendidikan, rakyat dan generasi bangsa dimasa Orba dibuat trauma, atas apapun yang berbau komunis maupun terhadap simbol-simbol Islam bahkan termasuk phobia terhadap upaya-upaya pengagungan kepada Soekarno.
Bagi Soekarno, komunisme dan Islamisme memiliki peran besar dalam perjuangan berdirinya Indonesia termasuk dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Menurutnya nasionalisme yang bisa menjembatani keduanya.
Bagi Soeharto, militer dan tentaralah yang satu-satunya berperan dalam kemerdekaan dan upaya mempertahankannya. Tidak orang-orang kiri, tidak pula kaum santri. Peran para santri dan kaum kiri dalam revolusi kemerdekaan, dipotong habis dari rekaman pita sejarah.
Revolusi telah memangsa anaknya sendiri. Mereka yang pahlawan, dikenal sebagai pengkhianat, mereka yang berkhianat dikenang sebagai pahlawan. Tugas kitalah meluruskan kembali perjalanan sejarah bangsa yang disimpangkan.
Ismail Amin, sementara menetap di Qom [terinspirasi dari berbagai sumber]
MENASEHATI KAUM SALAFI DARI BAHAYA BID’AH DALAM PARADE TAUHID INDONESIA
Senin, 10 Agustus 2015
Posted by ismailamin
Assalamu ‘laikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Saudara-saudaraku kaum salafi yang baik hatinya, penuh
dengan cahaya iman tauhid, pewaris Islam yang sesuai dengan manhaj Salafush
Shalih, perkenankan saya menasehati kalian, agar tidak terjebak dari tipu daya
Iblis yang sedemikian halusnya, seperti langkah-langkah semut hitam, diatas batu
hitam, dimalam yang gelap gulita. Tahukah kalian, parade tauhid Indonesia yang
kalian pelopori itu, justru penuh dengan amalan bid’ah, yang kalian sendiri
selama ini ajarkan pada umat Islam Indonesia. Nasehat ini, agar kalian tidak
terjebak pada syubhat, dan segera sadar, bahwa amalan bid’ah itu akan membuat
umat ini lalai dari sunnah-sunnah Nabiullah Muhammad Saw.
Akhi, antum tahu awal mula ide Parade Tauhid Indonesia itu
muncul?
Ternyata, sebagai tantangan dari Parade Salib yang diadakan
gerejawan sekota Solo pada peringatan HUT kota Solo ke 270. Dalam parade
tersebut ada barisan pemanggul salib sebanyak 270 orang, yang menyimbolkan HUT
Solo ke 270.
Nah, ide parade tauhid Indonesiapun muncul, yg disebut
diadakan untuk memperingati HUT ke 70 kemerdekaan RI. Tahukah antum, dari sisi
mana parade ini disebut berbahaya bagi aqidah ummat?
Pertama, selama ini maulid Nabi Muhammad Saw disebut sebagai
amalan bid’ah karena meniru tradisi dan kebiasaan umat Kristiani yang juga
memperingati kelahiran Yesus Kristus, demikian juga peringatan ulang tahun atau
perayaan tahun baru, yang juga disebut amalan bid’ah dan umat Islam dilarang
untuk ikut2 melakukannya, dengan alasan amalan tsb meniru2 [tasyabbuh] tradisi
dan kebiasaan umat Kristiani… kalau ternyata ide parade tauhid justru lahir
dari parade salib, ini namanya tasyabbuh… meniru2 umat Kristiani dalam syiar
agama, adalah haram hukumnya… kalau parade salib ada barisan pemanggul salib
berjumlah 270 orang sebagai simbol HUT Solo yang ke-270, apa parade tauhid yang
dilakukan untuk menyambut HUT RI ke-70, cukup 70 orang saja yang boleh
mengacungkan jari telunjuknya sebagai simbol tauhid yang sedang memperingati
HUT RI ke-70? atau simbol HUT RI ke-70nya apa? menyanyikan lagu Indonesia Raya?
ingat akhi nasehat antum selama ini, paham nasionalisme itu paham sekuler dan
haram bagi umat Islam untuk meyakini dan membelanya.
Tahukah antum akhi, melakukan parade untuk memperingati HUT
negaranya itu kebiasaan rakyat Iran. Dan bukankah rakyat Iran itu mayoritas
Syiah akhi? kok mau ikut-ikutan sama orang-orang Syiah yang “sesat dan kufur”
itu?.
Ini contoh foto parade rakyat Iran dalam merayakan
kemenangan revolusi Islam di negaranya dan menjadi parade perayaan kemerdekaan terbesar di dunia:
Kedua, kalau maulid [HUT] Nabi Muhammad Saw selama ini kalian sebut
sebagai amalan bid’ah, lho kok mau memperingati HUT Kemerdekaan RI? apa
kelahiran RI lebih layak diperingati dan lebih sakral dari kelahiran Nabi
Muhammad Saw, sampai pake ramai-ramai dan demonstratif segala? apa itu pernah
dicontohkan Nabiullah Muhammad Saw dan para sahabatnya? atau siapa ulama dari
kalangan salafush saleh yang pernah melakukannya, apalagi itu dikaitkan dengan
ulang tahun kemerdekaan suatu negara?.
Sekedar mengingatkan, ini dari penggalan fatwa dari Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, ulama mufti Arab Saudi yang antum yakini sebagai ulamaf bermanhaj Salaf mengenai bid'ahnya penyelenggaraan maulid Nabi Muhammad Saw, nah apalagi jika yang hendak disyukuri itu HUT sebuah negara:
Ketiga, bersyukur adalah bagian dari ibadah. Apakah Nabi Saw
dan kalangan salaf saleh dari umat ini pernah mencontohkan menunjukkan
kesyukuran dengan cara melakukan parade? apalagi sampai membawa-bawa penyebutan
tauhid segala.
Keempat, kalau selama ini antum menolak bahkan menentang
keras istilah “Islam Nusantara”, dengan dalih, “Islam ya Islam saja, ngapain
ada Islam Nusantara segala…”. Kok sekarang antum malah memperkenalkan istilah “Tauhid
Indonesia”? ini namanya in konsisten akhi, sebab nanti bisa saja ada “Tauhid
Sulawesi, Tauhid Jawa, Tauhid Papua, Tauhid Malaysia” dll. Penyebutan Tauhid
Indonesia, malah mereduksi makna sakral dari tauhid itu. Tidak ada contoh dari
kalangan salaf yang saleh bahwa tauhid itu bisa dinisbatkan dengan nama suatu
suku, bangsa ataupun negara. Kalau mau parade, ya parade saja, tidak usah
dikait-kaitkan dengan tauhid segala. Bisa menjamin, semua yang bakal ikut
parade itu adalah orang-orang yang telah benar tauhidnya?.
Kelima. selama ini antum kan menentang sistem demokrasi,
bahkan menyebut itu sistem kufur dan bentuk tasyabbuh pada orang-orang kafir.
Tahukah antum, sistem demokrasi itulah yang sampai sekarang menjaga NKRI
sehingga masih tetap utuh, bahkan sampai merayakan kemerdekaannya yang ke-70,
kalau sistem ini antum tentang, lho kok bersyukur sistem ini telah bertahan
sampai 70 tahun lamanya? bahaya lho akhi, memiliki keyakinan yang ngawur… apalagi
kemudian itu dipamer didepan umum…
Keenam, orang-orang Arab Mekah melalui dakwah Nabi Muhammad
Saw dan generasi awal umat Islam, telah berhasil dimerdekakan dari penjahahan
dan penindasan rezim kafir Quraysh yang korup dan rentenir, tapi Nabi Saw dan
umat Islam saat itu tidak pernah mencontohkan mensyukuri nikmat kemerdekaan itu
dengan melakukan parade tauhid untuk memperingati terbebasnya kota Mekah…
lantas parade tauhid itu apa landasan hukumnya akhi? kalau antum berkeyakinan ini bukan masalah ibadah, artinya antum sadar,
yang antum lakukan adalah hal yang sia-sia.. kok ya mau repot2 berkumpul
dijalan, berpanas-panas, berteriak-teriak mengacungkan jari telunjuk, namun
bukan diniatkan untuk ibadah karena Allah Swt?.
Ketujuh, akhi, tahu efek dari parade tauhid ini? nanti bisa
saja muncul, parade puasa. Dan itu hanya bakal menjadi bahan tertawaan mereka
yang anti Islam. Puasa saja tampak konyol untuk bisa diparade kan apalagi
tauhid?. Tauhid itu masalah iman, amalan batin yang paling utama dan paling
tinggi derajatnya, yang meski amalan lahiriah menunjukkan tanda-tanda
ketauhidan namun jika tidak dibarengi ketauhidan batiniah, maka tauhid itu
rontok dengan sendirinya. Yang tahu seseorang benar-benar berpuasa atau tidak,
hanya Allah Swt dan yang bersangkutan, jadi memparadekannya tentu jadi konyol,
begitupun dengan tauhid itu. Bagaimana cara memparadekannya? apa dengan
mengacungkan jari telunjuk tinggi-tinggi, sambil meneriakkan takbir? apa dengan
melakukan itu, seorang muslim lantas menjadi seseorang yang bertauhid? tidak
bukan? seorang munafikpun bisa melakukannya berkali-kali. Lantas, mengapa antum
mau mereduksi tauhid itu sedemikian rupa?.
Jadi nasehat saya, tidak ada salahnya untuk tetap
mengumpulkan massa setidaknya 200 ribu umat Islam disatu tempat dan diwaktu
yang sama, apalagi memanfaatkan momen berkumpul itu untuk menyampaikan
syiar-syiar Islam, untuk menunjukkan rasa persatuan dan ukhuwah antar umat
Islam, sebab dalam ajaran Islam memang, umat ini diminta untuk sering-sering berkumpul,
bersilaturahmi dan ‘unjuk kekuatan dan kebersamaan’ agar musuh2 Islam itu
gentar dan kenal bahwa umat Islam itu ibarat bangunan yang kokoh. Bukankah
dalam shalat Jum’at kita biasa berkumpul sampai ribuan orang disatu tempat?
begitupun diminta untuk berkumpul lima kali dalam sehari di mushalla, langgar
dan masjid, bahkan dalam skala internasional, jutaan umat Islam berkumpul tiap
tahunnya di Haramain. Hal ini menunjukkan, berkumpul bukanlah hal yang tabu
dalam Islam.
Cuman, ya jangan dikaitkanlah dengan kesyukuran atas
kemerdekaan RI… istiqamahlah dengan aqidah salaf, jangan hendak menipu rakyat
Indonesia, bersyukur atas kemerdekaan RI itu bukan amalan salaf, yang harus
disyukuri ala salaf adalah kemerdekaan karena telah mengenal Islam dengan baik
sesuai dengan pemahaman salaf. Memangnya kemerdekaan yang dipersembahkan oleh RI
itu sudah berjalan dengan koridor Islam sebagaimana yang diyakini Salaf? tidak
bukan? bahkan dakwah salaf sering menjadi bulan-bulanan di negeri ini, lantas
kenapa disyukuri?
Dan ini yang jauh lebih penting. Parade boleh saja, tapi
jangan kaitkan dengan ‘Tauhid’, tidak ada dalilnya, dan tidak ada gunanya.
Sebab benar2 akan sangat mereduksi makna sakral tauhid itu sendiri, bisa saja
misalnya Hutomo Mandala Putra yang telah terkonfirmasi kehadirannya dalam
parade tauhid itu, akan dikenali oleh masyarakat awam sebagai muslim yang telah
benar tauhidnya, kan antum yang bakal repot sendiri nantinya jika dia
mengeluarkan statement yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tauhid Islam… lebih
gawat lagi, kalau semua tokoh Islam yang hadir dalam parade tauhid, malah dianggap kalangan
muslim awam sebagai dai salaf juga… jadi apapun yang mereka sampaikan dalam
dakwah Islam mereka di mimbar-mimbar nantinya, bisa diterima, diyakini dan
diamalkan… dan dianggap sejalan dengan manhaj salaf…
Saran saya, nama paradenya diganti saja, misalnya diganti
dengan nama, PARADE TAKBIR DAN MENGACUNGKAN JARI TELUNJUK KANAN… Allahu Akbar…
!!!
Antum panik dengan semakin menjauhnya umat dari agama,
jangan lantas membuat antum merasa halal melakukan hal-hal yang menabrak aturan
Islam itu sendiri. Tetaplah berpikir jernih akhi… kaum Salaf telah memberikan
keteladanan yang baik dalam dakwah, jangan mengadakan hal-hal yang baru,
meskipun itu nafsumu sangat
menggandrunginya… berpikirlah lagi untuk ikut hadir dalam parade tauhid atau
menjadi bagian dari penyelenggaranya, sebelum menganti konsep acaranya dan
meluruskan niat…
Oh iya, tokoh-tokoh yang belum terkonfirmasi kehadirannya
itu, apa antum sudah menjamin mereka sepakat dengan parade ini? apa antum sudah
mengkonfirmasi kesediaan mereka, foto mereka antum pajang di poster-poster yang
antum sebar? kalau tidak akhi, itu penipuan namanya.
Maafkan saya, telah sok menasehati… bahkan sampai memberi
saran segala… padahal saya ini sesat menurut
keyakinan antum…
Hormat Saya
WNI, sementara menetap di kota Qom Iran