Posted by : ismailamin Jumat, 10 Juli 2015

Tanggapan saya mengenai kasus penculikan dan penganiayaan Ali Shofiyurrahman alias Ali Saefullah alias Saeful Rahman.

Orang ini mengaku diculik. Sumber informasinya dari dia seorang. Tanpa saksi, hanya bukti kemejanya yang dipenuhi bercak darah. Dari wajahnyapun tidak ada bekas pemukulan apalagi luka, sampai layak disebut babak belur dan dianiaya. Tidak ada bekas tangannya habis diikat, padahal mengaku disekap selama dua hari. Diapun mengaku pernah kuliah di Qom Iran, tanpa membeberkan bukti otentik apa-apa. Tidak pula ada kesaksian dari istri atau orang paling dekat yang mengenalinya. 
Tapi semua keterangannya dipercaya begitu saja.

Sampai detik ini, diapun tidak pernah memberikan pernyataan terbuka akan kebenaran pengakuannya bahwa dia pernah kuliah di Jamiatul Mustafa atau Universitas Imam Khomeini Qom-Iran sambil menunjukkan bukti-buktinya. Pengakuannya hanya didepan jamaah mereka yang anti Syiah. Dengan menyebut keselamatan dirinya terancam dan mengalami kesulitan ekonomi sejak diusir dari keluarga besarnya yang Syiah karena dia keluar dari Syiah. Lewat cerita itupun dia mendapat simpatik, rasa kasihan dan sumbangan uang, yang konon katanya telah terkumpul 65 juta untuk membantu kondisinya yang memprihatinkan. Tidak hanya mengaku alumni Qom, dia juga mengaku sebagai tokoh penting Syiah yang mengetahui rahasia-rahasia penting pergerakan Syiah di Indonesia, termasuk menurutnya ada rencana Syiah  hendak berbuat makar tahun 2020 dengan menghabisi Ahlus Sunnah Indonesia. Lewat informasinya, Ahlus Sunnah Indonesia diminta wanti-wanti dan waspada. 

Menurut mereka yang mengunjungi dan melihat langsung kondisinya di RS. Polisi, kondisinya disebut kritis dan memprihatinkan. Bahkan diceritakan dia masih dalam keadaan linglung akibat cairan yang berisi sihir yang disuntikkan dilengan dan kepalanya [sempat pula beredar video korban sedang di rukyah] padahal sumber kronologis kejadian penculikan dan penganiayaan berasal dari dia sendiri. Dia -meski disebut dalam keadaan lemah- mampu menceritakan secara detail kronologis kejadian, mulai dari waktunya, jumlah pelaku yang menculiknya sampai mobil yang dikendarai penculiknya, termasuk apa yang dilakukan penculik ketika dia disekap, yaitu dia melihat penculiknya melakukan shalat ala Syiah, sehingga dia bisa memastikan penjahat pelaku penculikan dan penganiayaan itu dari komunitas Syiah. Kronologis kejadian yang dia ceritakan itulah, yang kemudian dimuat oleh media2 anti Syiah.

Beredar pula, video wawancara dengan Farid Okbah yang dipublish Voa Islam Video Online [VIVO] melalui Youtube mengenai kronologis kejadian. Video ini justru semakin menunjukkan keganjilan dari kasus ini.

Pada menit ke 4:18, Farid Okbah menceritakan –sebagaimana yang didengarnya dari Ali Shofiyurrahman- bahwa korban disaat sementara disekap, dia melihat pelaku penculikan melakukan shalat ala Syiah, dan sehabis shalat mereka membaca zikir, dan zikir yang dibaca adalah zikir Jausyan Kabir.

Siapapun yang tahu mengenal ritual-ritual Syiah akan tertawa mendengarkan pengakuan itu. Kalau memang Ali Shofiyurrahman itu pernah Syiah [apalagi menurut pengakuannya pernah belajar di Qom], dia pasti tahu bahwa Jauzan Kabir itu bukan zikir tapi doa, lagian bukan dibaca sehabis shalat. Syiah sehabis shalat itu membaca zikir tasbih az Zahrah, bukan Jauzan Kabir. Dengan membaca normal Jauzan Kabir itu memakan waktu satu sampai satu setengah jam, dan mungkinkah penculik itu menyempatkan diri melakukannya disaat mereka justru sedang melakukan penculikan? [kurang kerjaan amat].

Karena Ali Shofiyurrahman menurut pengakuan sejumlah ikhwan Syiah bahwa dia memang pernah ikut pengajian Syiah tapi tidak sampai menjadi dai Syiah, maka dia pasti tahu Jauzan Kabir itu. Dan tidak logis menyampaikan itu ke Farid Okbah, karena memang dari sisi kejadian, pelaku bisa dipastikan tidak membaca itu, baik separuh maupun semuanya. Karena itu kemungkinan besar Farid Okbah yang berbohong dalam keterangannya, untuk menunjukkan bahwa dia memang layak disebut pakar Syiah [sampai tahu kebiasaan dan ritual Syiah sehabis shalat meskipun itu mengada-ngada].

Dari keterangan Farid Okbahpun tidak ada adegan, Ali Shofiyurrahman itu ditolong oleh pengendara motor yang membawanya ke masjid at Tin. Tapi diceritanya, si Ali itu lari sendiri menuju masjid at Tin dan kemudian mengabarkan kondisinya kepada teman-temannya. Sementara di media disebutkan Ali ditolong oleh pemuda geng motor yang membawanya ke masjid at Tin.

Keganjilannya, si Ali disekap sejak ahad sampai selasa. Jadi sekitar dua hari, tidak diberi makan dan minum bahkan tidak diberi kesempatan shalat. Dia dianiaya, dipukul diulu hati berkali-kali sampai muntah darah, bahkan disuntik [sebagian media anti Syiah menyebutnya racun mematikan, sebagian lagi menyebutnya racun berisi cairan yang mengandung sihir] yang menyebabkan badannya melemah dan keluar darah dari telinga dan mulutnya.
Diapun kemudian dibawa kedalam mobil yang kemudian menuju Bogor dengan dijaga oleh 6 orang. Memasuki wilayah Taman Mini, dia menyikut penjaganya dan kemudian melompat keluar dari mobil. Mungkinkah?

Bisakah orang yang tidak makan minum selama dua hari, sudah dianiaya, sudah disuntik sampai muntah darah namun bisa melepaskan diri dari enam orang yang menjaganya, kemudian melompat dari mobil?. Dia dijaga sampai enam orang menunjukkan, bahwa dia tidak boleh sampai lolos, tapi kok dibiarkan dan tidak dikejar?. Dan dari cerita versi Farid Okbah dia lari ke masjid at Tin. Logiskah, dalam kondisi kritis dia bisa melakukan itu?.

Ada dua kemungkinan, penculikan dan penganiayaan itu tidak ada, atau ada tapi kondisinya tidak sekritis sebagaimana yang diceritakan, melainkan dia tetap bugar, sehat dan tidak linglung sebab bisa dengan lancar menceritakan kronologisnya dengan sedetail-detailnya dihari pertama dia mendapatkan perawatan di IGD. Dari fotonya yang tersebar juga bisa dilihat, bahwa kondisinya masih bugar, dari kemejanyapun yang tampak hanya bercak darah. Jika diceritakan dia muntah darah, noda darah yang memenuhi kemejanya harusnya lebih banyak.

Sayang, tidak ada keterangan dari perawat ataupun dari pihak polisi mengenai kasus ini. Sampai sekarang belum dideteksi siapa pelakunya, padahal korban mengaku mengenal salah satu dari mereka.

Mengapa tidak ada pengusutan? mengapa tidak ada satupun media nasional atau media professional yang menjadikan kasus ini sebagai berita?
Perang wacanakah? dan apa kepentingannya? mengapa kasus kriminal langsung dengan begitu mudah dikaitkan dengan kelompok tertentu sampai harus ada kampanye basmi dan bantai Syiah segala?. Mengapa tidak menahan diri agar kasus ini diusut dulu oleh kepolisian sehingga motif pelaku penculikan dan penganiayaan bisa diketahui?. Ataukah memang kasus ini tidak dilaporkan kepihak kepolisian, supaya tidak terbongkar kebohongannya?.

Wahai Farid Okbah, mau anda apa? kalau memang penculikan itu benar ada, mengapa bukan korban yang diwawancarai melalui video? kalau dikatakan kondisinya belum membaik dan masih kritis, mengapa bisa memberi keterangan sedemikian detail saat menceritakan kronologis kejadian pada media-media online dihari pertama dia terluka? mengapa si Abu Husain at Thuwailibi yang bicara mengenai keadaannya? mana keluarganya? mana tetangganya? mana pengendara motor yang menolongnya? mana pengurus masjid at Tin tempat dia ditemukan tidak berdaya? mana perawat atau dokter di RS yang menangani penyakitnya dan lebih layak memberikan keterangan medis? mengapa harus si tukang rukyah yang memberi keterangan?kalau luka-luka harusnya divisum, bukannya dirukyah, mana keterangan dan kesaksian kesemua orang-orang yang berkaitan langsung dengan kasus itu? mana keterangan dan kesaksian murid si ust. Ali kalau memang dia mantan dai Syiah?.

Apa sulitnya si alumni Qom ini memberikan keterangan melalui video mengenai tahun berapa di kuliah Qom, berapa kode mahasiswanya, siapa saja teman angkatannya, dimana alamatnya dia tinggal di Qom dan siapa saja nama dosen yang mengajarinya? kalau memang menurut pengakuannya, semua berkas-berkasnya telah hilang diambil sipenculik. Bisa bahasa Persia tidak lantas menunjukkan seseorang pernah kuliah di Qom, apalagi menunjukkan kelihaian bahasa Persianya hanya  didepan orang-orang yang tidak tahu bahasa Persia. 

Kami masyarakat menuntut kasus ini dibuka dengan sejelas-jelasnya [terlebih Syiah sebagai pihak yang paling dirugikan dari merebaknya berita ini], bukan hanya nomor rekening si Abu Husain at Thuwailibi ketika meminta sumbangan saja yang dipertontonkan seterang-terangnya. Kalau memang ini benar-benar terjadi. Dan kalau memang anda semua pendakwah, bukan provokator.

Dan kepada pengguna media sosial, cerdas-cerdaslah memilah informasi.  Tabayyun dan analisalah lebih dulu sebelum menyebarkannya. Jangan hanya karena yang menyampaikannya berjubah, bersurban dan berjenggot lantas dipercaya begitu saja, sebab Abu Lahab juga penampilannya begitu. Cukuplah dikatakan pendusta kata Nabi Saw, mereka yang menyebarkan  apa saja yang didengarnya. [HR. Muslim]

Ismail Amin
Sementara menetap di Qom

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Tentang Saya

Foto saya
Lahir di Makassar, 6 Maret 1983. Sekolah dari tingkat dasar sampai SMA di Bulukumba, 150 km dari Makassar. Tahun 2001 masuk Universitas Negeri Makassar jurusan Matematika. Sempat juga kuliah di Ma’had Al Birr Unismuh tahun 2005. Dan tahun 2007 meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu agama di kota Qom, Republik Islam Iran. Sampai sekarang masih menetap sementara di Qom bersama istri dan dua orang anak, Hawra Miftahul Jannah dan Muhammad Husain Fadhlullah.

Promosi Karya

Promosi Karya
Dalam Dekapan Ridha Allah Makassar : Penerbit Intizar, cet I Mei 2015 324 (xxiv + 298) hlm; 12.5 x 19 cm Harga: Rp. 45.000, - "Ismail Amin itu anak muda yang sangat haus ilmu. Dia telah melakukan safar intelektual bahkan geografis untuk memuaskan dahaganya. Maka tak heran jika tulisan-tulisannya tidak biasa. Hati-hati, ia membongkar cara berpikir kita yang biasa. Tapi jangan khawatir, ia akan menawarkan cara berpikir yang sistematis. Dengan begitu, ia memudahkan kita membuat analisa dan kesimpulan. Coba buktikan saja sendiri." [Mustamin al-Mandary, Penikmat Buku. menerjemahkan Buku terjemahan Awsaf al-Asyraf karya Nasiruddin ath-Thusi, “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” diterbitkan Pustaka Zahra tahun 2003]. Jika berminat bisa menghubungi via SMS/Line/WA: 085299633567 [Nandar]

Popular Post

Blogger templates

Pengikut

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Ismail Amin -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -