Selamat atas Kemenangan Palestina

Rabu, 08 September 2021
Posted by ismailamin


Waktu adu tempur, HAMAS digembosi. Warga Gaza dibodoh-bodohi dengan menyebut mereka itu diperdaya elit HAMAS yang hidup mewah. Ketika Israel yang minta gencatan senjata lebih awal, kembali HAMAS dan Gaza disebut hanya mengklaim kemenangan, sebab faktanya korban Israel hanya 12 orang, sementara di pihak Gaza lebih dari 200 orang dan tidak sedikit diantaranya yang menjadi korban adalah elit militer HAMAS. Mananya yang menang?. 

Waktu perang 10 November 1945 yang kemudian dijadikan Hari Pahlawan, hitung-hitungannya juga yang banyak menjadi korban adalah pihak Indonesia, namun apa itu lantas pihak NICA keluar sebagai pemenang? Kan tidak. Mereka tersentak, meski dengan senjata seadanya dan baru merdeka, Indonesia bisa tampil solid dalam serangan melalui udara, laut dan darat oleh NICA itu. 

Setidaknya dengan meminta gencatan senjata lebih dulu, Israel telah memposisikan diri pada pihak yang kalah. 

Diantara faktanya. Pertama, Israel tidak bisa memaksa warga Gaza untuk takluk dan menyerah melalui superioritas militer. Meski telah ratusan korban dari warga Gaza, tidak ada aksi demonstrasi dari pihak Gaza menuntut HAMAS misalnya untuk meminta gencatan senjata. Juga mereka tidak meminta dukungan internasional agar Israel menghentikan serangan mereka. Solidaritas kuat menguntungkan Gaza, bahkan Palestina secara keseluruhan karena Tepi Barat turut mendukung perlawanan HAMAS di Gaza dengan melakukan aksi demonstrasi dan mogok massal. Bandingkan dengan apa yang terjadi di Israel. Demonstrasi dimana-mana. Aksi kekerasan meningkat. Warga panik dan melampiaskan kemarahannya pada otoritas Israel. Warga Israel kehilangan kepercayaan pada sistem pertahanan negaranya sendiri. Banyak warga Israel sampai merasa perlu mengevakuasi diri mereka sendiri ke luar negeri. Mereka menganggap serangan HAMAS karena kegagalan politisi Israel memediasi perdamaian. Disini Israel gagal meraih simpatik dari publiknya sendiri dan jika perang semakin diperpanjang, Israel akan semakin kehilangan daya dukung publik. 

Kedua, demontsrasi massif di banyak negara bahkan di kota-kota besar Eropa memihak perjuangan Palestina sambil mengecam Israel. Membuat posisi politik Israel semakin terdesak. Sekarang bermunculan suara-suara protes dari pihak oposisi menggugat penguasa negara-negara Barat yang mendanai Israel. 

Ketiga, kegagalan intilejen Israel dalam memprediksi kekuatan HAMAS. Kekuatan gempur HAMAS yang menembakkan ribuan roket dan misil mengejutkan pertahanan Israel. Iron Dome Israel sampai bobol oleh gempuran roket HAMAS. 

Sementara dari pihak Gaza, permintaan gencatan senjata dari pihak Israel adalah kemenangan siginifikan. Bukankah ketika pihak yang superior yang meminta gencatan senjata itu sudah menunjukkan, kekuatan serang HAMAS tidak bisa diremehkan?. Palestina juga bisa dibilang menang, karena telah memenangkan dukungan publik internasional. HAMAS semakin mendulang kepercayaan rakyat Palestina. Bahkan, jika diadakan pemilu, HAMAS diprediksi akan kembali tampil sebagai partai pemenang. 

Bagi yang menyebut kemenangan HAMAS dan Palestina hanya kemenangan semu, ya karena semua hanya dilihat dengan kasat mata saja. Kemenangan tidak selalu dihitung dari hitung-hitungan pihak paling sedikit jumlah korbannya, namun meraih kepercayaan dan dukungan publik, bukan hanya kepercayaan besar dari publik sendiri namun juga dukungan publik internasional, itu juga adalah kemenangan. 

Terkait sejumlah elit HAMAS yang hidup mewah. Kita tidak mempersoalkan tuduhan mereka korup atau tidak. Intinya, warga Gaza sendiri tidak ada yang mempedulikan rumor itu. Fakta yang bisa dilihat, HAMAS adalah kelompok terkuat yang mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat Gaza. Dukungan yang riil dan organik. Karena itu mengapa Iran tidak mau melepas dukungan pada HAMAS, sebab menerima atau tidak, HAMAS adalah representatif warga Gaza. Memang masih banyak faksi perlawanan lain, bahkan lebih sangar dari HAMAS. Namun HAMAS tetap yang terkuat dukungannya di Gaza. Jadi yang bisa dilakukan, mendukung HAMAS adalah mendukung kemenangan warga Gaza. Abaikan segelintir elit HAMAS yang busuk. Sebab perjuangan kemerdekaan Indonesiapun tidak luput dari orang-orang brengsek yang memanfaatkan peluang sulit untuk memperkaya diri sendiri. Bukankah sejarah nasional kita menyuguhkan penyelundupan beras yang pernah dilakukan Soeharto saat menjadi panglima kodam. Penyelundupan tersebut bukan untuk kepentingan Kodam tapi untuk memperkaya diri. Jenderal Nasution sudah hendak memecatnya dari TNI, namun diselamatkan oleh Jenderal Gatot Subroto dengan alasan, "Soeharto masih bisa diperbaiki". Dengan kelakuan busuk satu atau segelintir pejuang, tidak lantas perjuangan harus digembosi dan tidak didukung. 

Saat ini telah didorong perubahan struktur elit dalam HAMAS. Telah muncul tokoh-tokoh muda asli Gaza seperti Mohammed Deif dan Yahya Sinwar. Mohammed Deif Komandan Brigade Al Qassam muncul sebagai tokoh muda HAMAS yang dielu-elukan warga Gaza. Kemenangan HAMAS dalam perang 11 hari melawan Israel, yang memaksa Israel meminta gencatan senjata lebih dulu tidak lepas dari kelihaiannya. 

Menjelang dini hari Jumat semalam, saat diumumkan kesepakatan gencatan senjata, ribuan warga Gaza keluar rumah dan menyebut itu kemenangan Palestina. Mereka merayakan efouria kemenangan, dengan meneriakkan, "Allahu Akbar! Dengan Jiwa dan Darah Kami Menebusmu, Deif!". Anda tahu? Panglima militer HAMAS Muhammed Deif itu dijuluki "Kucing 9 Nyawa" oleh Mossad karena selalu lolos dalam upaya pembunuhan. Ia telah kehilangan sebelah matanya, kedua kaki dan tangannya, serta istri dan kedua anaknya dalam rangkaian percobaan pembunuhan yang mengincar nyawanya. Namun ia tetap bertahan di Gaza, tidak sebagaimana Haniyah dan Khaled. Apa hanya karena ada elit HAMAS yang hidup nyaman di hotel bintang lima di Qatar, perjuangan tulus pejuang-pejuang HAMAS lainnya kita nafikan?. Ini falasi jenis "hasty generalization", menggunakan sampel kecil utk menggeneralisasi keseluruhan. 



Selamat atas kemenangan Gaza. Kemerdekaan Palestina sepenuhnya telah semakin dekat..


Ismail Amin 

Presiden IPI Iran

Mahasiswa S3 Universitas Internasional Almustafa Iran 







Pertama kali mengetahui namanya, dari sampul buku tebal, "Meraih Cinta Ilahi, Pencerahan Sufistik" milik teman sebangku saat mengikuti Basic Training HMI tahun 2001. Sesuai judulnya, saya benar-benar mendapatkan pencerahan, dan semakin mencintai Islam. Dari kumpulan esainya itu, saya jadi mengenal Islam bukan sekedar deretan kewajiban-kewajiban fikih, bukan lagi sekedar bacaan-bacaan Arab yang sebelumnya saya baca saat salat, doa dan mengaji yang kosong dari makna dan cinta karena tidak saya pahami.

Dari Islam yang diperkenalkannya, saya jadi lebih tahu keinginan Nabi dalam dakwahnya. Bukan hanya agar manusia menyembah Allah, namun juga agar sesama manusia saling memanusiakan. Kalimat dari bukunya yang saya suka, ketika ia menyebut bahwa dalam Alquran, Allah lebih banyak membicarakan mengenai ibadah sosial dibanding ibadah ritual, bahkan ibadah ritual yang diperintahkan Allah harus memiliki implikasi manfaat pada kehidupan sosial. Saya jadi mengenal, dalam Islam ada ritual yang pahalanya besar di luar haji, salat, puasa dan zakat, yaitu berkhidmat pada mustadhafin.

Benar-benar mencerahkan. Sejak itu, saya berburu buku apa saja yang ditulisnya. Saya baca buku Islam Aktual dari buku kumal teman, saat itu sampai harus saya kopi, karena sulit menemukan cetakan barunya. Bahkan buku tebal "Psikologi Komunikasi" yang bisa dibilang buku ilmiah-akademis pertama yang saya bisa saya tamatkan, bahkan saya baca berulang kali. Para pakar komunikasi juga mengakui, bahwa itu buku komunikasi terbaik yang pernah ditulis dalam bahasa Indonesia. Mungkin karena penulisnya, betul-betul menguasai bidang itu, dan memang terlihat jelas, ia adalah sosok yang ingin selalu mempersembahkan yang perfect dan tidak asal jadi. Itu terbukti dari apa saja yang ditulisnya. Materi-materi berat tersampaikan dengan renyah dan mudah dipahami.

Retorika Modern, Rekayasa Sosial, Renungan-Renungan Sufistik, Islam dan Pluralisme, Tafsir Sufi Alfatihah, Dahulukan Akhlak daripada Fikih dan Islam Alternatif adalah diantara karya lamanya yang saya baca saat masih di kampus UNM. Selalu buku-buku itu dicetak berkali-kali, karena memang diminati pembaca. Menariknya, dari bukunya, saya jadi mengenal kaum intelektual Indonesia lainnya seperti Nurcholis Madjid, Kuntowijoyo, Emha Ainun Nadjib bahkan sampai deretan pemikir luar negeri. Kegemarannya mengutip pendapat filosof dan menjelaskan ulang dengan tekhnik yang memudahkan pembaca dalam memahaminya membuat teori-teori filsafat jadi serasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-sehari. Darinya juga saya akhirnya mengenal transkrip pemikiran Ali Syariati, Murtadha Muthahari sampai Imam Khomeini dan berpetualang di alam pemikiran intelektual mereka, yang membuatku bercita-cita bisa ke Iran.

Sampai meski pada perjalanan selanjutnya saya aktif di sebuah lembaga dakwah yang berafiliasi kepemikiran Wahabisme, saya tetap tidak bisa menghilangkan pengaruh keislaman coraknya yang ia tanamkan melalui tulisan-tulisannya. Saya masih lebih tertarik pada warna Islam yang diperkenalkannya. Jauh lebih menyentuh inti persoalan umat. Oleh senior-senior di lembaga dakwah tersebut, saya dilarang membaca buku-bukunya, yang mereka sebut sesat dan menyimpang. Sampai suatu hari, saya mendapat informasi dari teman, bahwa beliau akan ke Makassar dan menyampaikan ceramah di sebuah yayasan. Saya langsung berbinar-binar. Ada perasaan suka cita yang mengharu, untuk bisa menatap langsung dari dekat, tokoh yang kukagumi pemikirannya itu. Kutunggu hari itu dan kupastikan untuk harus hadir.

Sampai hari itu tiba. Saya termasuk yang duduk bersila di tengah lebih dari seribuan orang yang khusyuk mendengarkan pengajiannya. Kulawan rasa risih dan kuabaikan tatapan mata yang membuatku merasa terkucil -saat itu hanya saya yang tampak berbeda dari yang lainnya dengan kain celana yang tergantung di atas mata kaki- demi mendengarkan langsung tuturan lisannya. Saya sadar dan tahu diri, tatapan ganjil dan aneh dari mereka yang hadir ketika melihatku hal yang wajar. Soalnya, orang-orang yang penampilannya serupa denganku saat itu getol memusuhi dan memfitnah mereka.

Itu momen pertama saya melihatnya langsung. Ternyata sama dengan bukunya. Mendengarkan langsung ia berceramah, mengandung efek candu. Beberapa bulan berikutnya, ia diijadwalkan datang lagi. Namun kali ini, ia datang untuk komunitas terbatas. Menjadi pembicara dalam sebuah perekrutan kader organisasi yang dipimpinnya. Saya tidak peduli, kalau itu harus jadi syarat untuk bisa mendengarkan ceramahnya, saya lakoni. Saya mengikuti pengkaderan tersebut yang berlangsung beberapa hari, Sayangnya, di acara puncak, yang seharusnya ia yang memberikan ceramah, karena berhalangan, beliau digantikan oleh putranya. Namun yang seharusnya saya kecewa, tidak saya rasakan sama sekali. Pembicara pengganti, sama berkelasnya. Kekagumanku bertambah. Meski akhirnya saya dikeluarkan dari lembaga dakwahku sebelumnya. Tidak ada rasa penyesalan sama sekali. Saya yakin pilihanku tepat.

Beberapa tahun setelahnya. Saya kembali bisa bertemu langsung, dan saat itu berhasil mengecup tangannya. Kejadiannya tahun 2009, ketika saya berlibur di tanah air, 2 tahun setelah berada di Iran. Saat itu ia menyampaikan ceramah di Masjid Nurul Ilmi Kampus UNM Gunung Sari. Sayang dari dua kali pertemuan langsung dengannya, saya tidak memiliki kenangan foto.

Sebagai cendekiawan muslim dan tokoh Islam, memudahkannya mengikuti event-event internasional. Termasuk ke Iran berkali-kali. Sayang selama di Iran saya tidak pernah berhasil bertemu dengan beliau. Karena memang jadwal beliau yang padat dan harus bertemu dengan tokoh-tokoh penting Iran bahkan bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah al-Uzhma Sayid Ali Khamanei. Walhasil, dari apa yang saya ceritakan, ia punya peran dalam perjalanan hidupku, hingga saya mantap memutuskan menuntut ilmu di Iran.

Tidak bisa dimungkiri, Kang Jalal (panggilan akrabnya) telah mewarnai dunia intelektual Islam Indonesia. Menghapus nama dan perannya, sama halnya melakukan mutilasi sejarah intelektual Islam di Indonesia. Ratusan (atau mungkin mencapai ribuan) esainya banyak memberikan pengaruh. Pemikiran-pemikirannya mencerahkan. Dan buah tangannya (IJABI, Universitas Paramadina, SMU Plus Muthahari, Sekolah Cerdas Muthahari) telah mencetak insan-insan cendekia.

Sebagaimana kata pepatah, semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang angin menerpanya. Dan sama dengan yang dialaminya. Ia mendapat fitnah sampai pada permusuhan. Namun ia tetap tidak beranjak dari jalan yang dipilihnya. Jalan yang dingin, sepi, mencekam dan jauh dari hiruk pikuk dunia. Ketika sudah seharusnya ia beristirahat, menikmati masa tua, ia menerjunkan diri ke dunia politik, untuk tetap bisa berkhidmat dan memberi manfaat pada umat. Selama lima tahun di parlemen, ia tidak mengecewakan konstituennya. Dia hampir sempurna dalam semua disiplin keilmuan yang digelutinya. Di bidang komunikasi, dia pakar. Di bidang sosial, dia aktivis. Di bidang keagamaan, dia ustad, dai bahkan ulama. Di bidang politik, dia legislator yang merakyat. Di bidang pendidikan, bukan hanya pendidik namun juga mendirikan sekolah dari dasar sampai universitas.

Berita kepergiannya, benar-benar membuat duka. Belum hilang kesedihan atas wafatnya bunda Euis Kartini -istri kinasihnya, kini ia menyusul hanya dalam empat hari. Meninggalkan semua karya dan warisan intelektualnya yang akan terus dikenang dan mewarnai dunia intelektual Islam Indonesia.

Selamat jalan ustad Jalal… terimakasih atas semuanya… saya bersaksi engkau telah menjalankan semua kewajiban keagamaan dan kemanusiaanmu dengan baik… semoga Nabi Muhammad dan Ahlulbaitnya yang suci yang engkau cintai memberikan syafaatnya dan Allah swt menggabungkan ruhmu dengan barisan ruh orang-orang salih…

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

Qom, 3 Rajab 1442 H/15 Februari 2021


Ada dua faksi yang paling berpengaruh di Palestina. Fatah (Gerakan Nasional Pembebasan Palestina) dan HAMAS (Gerakan Perlawanan Islam). Dua faksi ini memiliki ideologi yang berbeda. Fatah berideologi nasionalis sekuler, HAMAS berideologi Islam. Fatah mendukung ide dua negara, HAMAS bersikeras Israel harus dibubarkan. 


Di era Yasser Arafat, berkat pengaruhnya, kedua faksi berbeda haluan ini bisa disatukan. Setidaknya, perseteruan keduanya bisa diminimalisir. Namun begitu Yasser Arafat wafat, kongsi kedua faksi ini pecah. Pada pemilihan legislatif tahun 2006, secara mengejutkan, HAMAS memenangkan pemilu secara mutlak, sehingga Ismail Haniyah sebagai ketua biro politik HAMAS yang diangkat menjadi Perdana Menteri. Kemenangan HAMAS menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendukung perjuangan HAMAS, termasuk menolak eksistensi Israel. 

Bagi AS dan negara-negara Barat, kemenangan HAMAS adalah kabar buruk bagi rencana perdamaian Palestina-Israel. HAMAS menolak mengakui Israel tanpa syarat. Karena itu, diprovokasilah Fatah untuk menolak hasil pemilu. Meski secara de facto Ismail Haniyah adalah PM Palestina, namun tidak pernah bisa menjalankan tugas politiknya dengan normal. Sebab penolakan Fatah atas kemenangan HAMAS membuat kedua faksi ini bersiteru bahkan saling adu senjata. Perang saudara dengan saling mengokang senjata drai kedua faksi ini tidak bisa dihindari. Puncaknya, tahun 2007, Mahmud Abbas selaku presiden Palestina memecat Ismail Haniyah termasuk sejumlah tokoh HAMAS dari kabinet. Rakyat Jalur Gaza yang mendukung HAMAS menolak pemecatan tersebut, dan tetap mengakui Ismail Haniyah sebagai perdana menteri. 

Pemerintahan Palestina pun terbagi dua, Tepi Barat dikuasai Fatah, dan Jalur Gaza dikuasai HAMAS. Oleh Barat, karena HAMAS menolak berdamai dengan Israel dan tidak mengakui Israel sebagai negara, HAMAS pun disebut sebagai organisasi teroris dan blokade terhadap Jalur Gazapun dimulai. Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia, dengan dua juta lebih 'tahanan'. Akibat blokade oleh Israel, Jalur Gaza disebut oleh PBB sebagai wilayah tidak layak huni. Semua serba kekurangan, baik pangan maupun akses air bersih. 


Ternyata, nasib Tepi Barat di bawah Fatah yang mengakui Israel, tidak lebih menyenangkan. Israel memanfaatkan kelemahan Fatah dengan terus melakukan pencaplokan (aneksasi) terhadap bagian-bagian Tepi Barat. Termasuk ambisi menguasai sepenuhnya Yerusalem untuk dijadikan ibukota. Sampai tahun 2017, 237 pemukiman telah didirikan Israel di Tepi Barat dengan menampung sekitar 580.000 pemukim.

Sadar saling tikam hanya membuat Palestina makin lemah, dan memberikan keuntungan pada Israel, Fatah mengajukan rekonsiliasi ke HAMAS. Keduanya sepakat bersatu, dan mengadakan pemilu pada 22 Mei 2021. Kesepakatan yang membuat AS dan Israel merinding. Keduanya khawatir HAMAS memenangkan pemilu, atau minimal, Fatah menghentikan upaya diplomasi dan memilih mengikuti arus perlawanan HAMAS. Fatah sadar, menempuh jalur diplomasi dan memilih melunak hanya membuat Israel ngelunjak dan tidak memberi keuntungan apa-apa bagi rakyat Palestina. Solusinya, persatuan dan membangun pemerintahan bersama. 


Situasi panas saat ini di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terkait dengan upaya Israel menghambat dan menghalangi pelaksanaan pemilu yang tinggal sepekan lagi. Sayangnya, di Indonesia, menyikapi situasi terkini di Palestina, isunya jadi kemana-mana. Tidak sedikit yang malah membela Israel dengan membangun narasi berbasis teologi, bahwa Palestina adalah wilayah yang dijanjikan Tuhan untuk orang-orang Yahudi. Ada yang juga yang membuat isu, tindakan HAMAS melancarkan serangan roket bahkan sampai menyasar Tel Aviv adalah tindakan sepihak HAMAS yang tidak merepresentasikan sikap rakyat Palestina. Mereka malah membenarkan HAMAS adalah organisasi teroris yang sejak awal tidak pernah didukung rakyat Palestina. Kalau tidak didukung rakyat Palestina, mengapa HAMAS bisa menang mutlak di pemilu 2006, dan mengapa AS dan Israel menolak pemilu tahun ini diadakan jika menyertakan HAMAS?. Kekhawatiran AS dan Israel HAMAS bakal menang pemilu itu berbasis data. Bahwa dukungan rakyat Palestina pada HAMAS dan faksi-faksi perlawanan lainnya makin menguat. 

Ada juga yang menyebut, serangan Israel ke Jalur Gaza, hanya bentuk pembelaan diri. Rakyat Palestinanya sendiri yang memprovokasi. Penyerangan ke Masjid Al-Aqsa pun dimaklumi dengan alasan, provokatornya yang lari ke dalam masjid.


Tolong perbanyaklah literasi. Kejadian hari ini di Palestina bukan serba tiba-tiba, semuanya adalah akumulasi penderitaan hari-hari bahkan tahun-tahun sebelumnya sampai puluhan tahun lalu yang dimulai dari berdatangannya orang-orang yang tidak jelas identitasnya ke tanah Palestina dan membangun koloni-koloni dengan lebih dulu melakukan perampasan tanah, genocida dan penjajahan.  Lalu yang terjadi adalah pengusiran dan pembunuhan, Sejarawan Israel sendiri, Ilan Pappe, menyebutnya ethnic cleansing. Keterzaliman dirasakan rakyat Palestina bertahun-tahun. Belum lagi Jalur Gaza yang menderita berkepanjangan akibat blokade.

Membangun negara baru di atas perampasan, pembunuhan massal dan pengusiran adalah kejahatan kemanusiaan. Tidak ada dalil teologis satupun yang membenarkan. Apapun agamanya. Tidak harus jadi muslim untuk membela rakyat Palestina. Tidak ada kekuatan yang lebih dasyhat untuk membuat Palestina mencapai kemerdekaannya, kecuali persatuan. Di internal Palestina adalah persatuan Fatah dan HAMAS. Di eksternal Palestina, adalah persatuan umat Islam, khususnya persatuan Sunni-Syiah. 

Fakta yang lebih menakutkan bagi Israel, di luar bersatunya Fatah dan HAMAS adalah bersatunya Arab Saudi - Iran. Secara mengejutkan, melalui pertemuan-pertemuan intens, Arab Saudi dan Iran sedang melakukan upaya penjajakan rekonsiliasi. Tidak dipungkiri, rekonsiliasi Iran-Arab Saudi akan menjadi kekuatan besar dan modal yang dahsyat untuk mewujudkan stabilitas politik di Timur-Tengah, termasuk menuntaskan masalah Palestina. Persatuan dua negara yang paling berpengaruh di kawasan ini akan membuat  Israel mudah didesak ke meja perundingan karena tidak ada lagi pihak yang menyokong segala kebijakan rasis-nya.

Melalui pidato bersejarah yang disampaikan 7 Agustus 1979 (bertepatan dengan 13 Ramadan 1399 H), Imam Khomeini menyerukan umat Islam untuk menjadikan setiap hari Jumat terakhir Ramadan sebagai Hari Alquds Internasional. Menurut Imam Khomeini, umat Islam harus memiliki hari khusus untuk  menunjukkan solidaritas internasional umat Islam secara serentak dalam mendukung hak-hak legal bangsa Palestina. Dipilihnya hari Jumat terakhir Ramadan bukan tanpa alasan. Bulan terbaik bagi umat Islam diantara 12 yang ada adalah bulan Ramadan. Hari-hari terbaik jatuh pada 10 hari terakhirnya, dan yang terbaik dari 10 hari yang tersisa itu adalah hari Jumat. Imam Khomeini menginginkan, di hari terbaik tersebut umat Islam tidak lupa dengan nasib bangsa Palestina yang masih berada dalam penjajahan. Menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran itu, persatuan umat Islam harus terus digalakkan untuk menjalankan proyek pembebasan dan kemerdekaan sepenuhnya Alquds sebagai kiblat pertama umat Islam. 


Seruan Imam Khomeini tersebut, langsung disambut Yasser Arafat, ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ia memobilisasi massa untuk Yaumul Quds digelar di jantung Palestina. Tidak banyak yang tahu, Yasser Arafat memang memiliki kedekatan personal dengan Imam Khomeini. Pendiri milisi Fatah itu adalah pejabat politik asing pertama yang menjadi tamu resmi kenegaraan Republik Islam Iran. Hanya berselang 6 hari dari dinyatakannya kemenangan revolusi Islam Iran, 17 Februari 1979 Yasser Arafat mengunjungi Iran dan mengucapkan selamat langsung kepada Imam Khomeini. Meski saat itu kondisi belum sepenuhnya kondusif. Selama di Iran, dia menyampaikan orasi-orasi dukungan pada Iran  dan disambut dengan gempita oleh publik Iran. Imam Khomeini pun menyatakan, bahwa kemerdekaan Palestina adalah bagian dari agenda revolusi. "Tanpa kemerdekaan Palestina, kemenangan revolusi Islam Iran tidak ada artinya," ungkapnya.


Di hari kunjungannya tersebut, Menteri Luar Negeri sementera Republik Islam Iran Dr. Ibrahim Yazdi menyerahkan kunci bekas Kantor Kedutaan Israel di Tehran kepada Yasser Arafat yang kemudian menjadi Kantor Kedutaan Besar Palestina di Iran. Langkah menutup kedutaan besar rezim Zionis dan membuka kedutaan besar Palestina sebagai gantinya menunjukkan Iran memainkan peran kunci dalam merongrong kehadiran Israel di kawasan. Sejak membuka kantor kedutaan Palestina di Tehran, yang menjadi kantor kedutaan Palestina pertama di dunia, konflik antara Iran dengan negara-negara Barat dimulai.


Dukungan Iran pada kemerdekaan Palestina, memang bukan hanya isapan jempol atau simbolis belaka. Mendukung rakyat Palestina adalah posisi tegas Imam Khomeini bahkan sebelum revolusi. Setelah itu dilanjutkan dengan penerbitan fatwa dan perintah berturut-turut untuk mendukung dan menyediakan fasilitas dan prasarana bagi kelompok-kelompok Palestina. Imam Khomeini bahkan melembagakan perlindungan Palestina sebagai bagian dari konstitusi Republik Islam Iran.


Sejak kemenangan revolusi, Republik Islam Iran telah menghabiskan semua yang dimilikinya untuk mendukung Palestina. Tidak hanya dukungan politik, termasuk uang juga pelatihan militer untuk kelompok bersenjata perlawanan Palestina. Iran bahkan menjadi martir dengan cara ini. Iran diembargo secara ekonomi dan dikucilkan secara politik selama puluhan tahun karena kengototannya mendukung Palestina yang sebenarnya Iran tidak memiliki keuntungan nasional apapun dibaliknya. Yang terbaru, Iran harus kehilangan perwira militer terbaiknya, Panglima Brigade Alquds Jenderal Qassem Soleimani yang dibunuh secara pengecut oleh Amerika Serikat. Di era Donald Trump, Iran menderita secara ekonomi, karena Amerika Serikat semakin memperketat embargonya.


Gerakan Intifadah rakyat Palestina juga terinspirasi dari gerakan revolusi Islam Iran. Polanya sama, yaitu rakyat melakukan perlawanan dengan lontaran batu, bom molotov dan membakar ban untuk melumpuhkan kota.


Banyak hal yang telah dilakukan Iran pasca kemenangan revolusi dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Termasuk diantaranya tadi, penetapan hari Jumat terakhir Ramadan sebagai Hari Alquds Internasional. Hari Alquds Internasional digelar pertama kali di saat Republik Islam Iran baru berusia setengah tahun, melalui mobilisasi massa dengan melancarkan aksi demonstrasi di seluruh wilayah di Iran, menuntut penjajahan atas bangsa Palestina segera dihapuskan. Bahkan meski setahun berikutnya, Iran harus menghadapi invasi militer yang dilancarkan Irak, peringatan Hari Alquds tetap digelar.  Iran tetap konsisten meneriakkan pembebasan Alquds di dalam kondisi tersulit sekalipun.


Saat ini, peringatan Hari Alquds se Dunia telah digelar di banyak negara, termasuk di Indonesia dengan pelibatan total jutaan orang. Untuk sejumlah negara yang menetapkan pelarangan digelarnya Hari Alquds dalam bentuk demonstrasi atau pawai akbar, maka diadakan dalam bentuk menyelenggarakan seminar-seminar seputar Alquds. Atau jika aksi demonstrasi dilarang pada hari Jumat, maka peringatan Hari Alquds diadakan pada hari lain. Pada perkembangannya, Hari Alquds tidak lagi terbatas untuk mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina tapi telah menjadi hari persatuan kaum muslimin dalam menghadapi musuh bersama.


Pemimpin tertinggi Iran saat ini, Ayatullah Sayid Ali Khamanei merangkum tujuan diadakannya Hari Alquds dalam beberapa poin penting. Pertama, Hari Alquds sebagai simbol perlawanan barisan kaum mustadhafin melawan kaum mustakbirin. Kedua, Hari Alquds akan menjadi momen orang-orang Palestina merasa bahwa semua negara mendukung perjuangan mereka. Ketiga, Hari Alquds bertujuan untuk menguatkan semangat persatuan kaum muslimin dalam membangun solidaritas bersama. Keempat, hari ketika masyarakat diberbagai negara secara langsung menyuarakan suara-suara mereka tanpa melalui perantara pejabat dan lembaga resmi. Kelima, Hari untuk menjaga cita-cita revolusi Islam Iran, satu diantaranya adalah kemerdekaan bangsa Palestina dalam menentukan masa depan mereka sendiri.


Tepat di hari Jumat terakhir Ramadan, jutaan manusia di seluruh dunia serentak tumpah ruah ke jalan-jalan utama di setiap kota besar di banyak negara. Di antaranya yang rutin menggelar pawai akbar Hari Alquds adalah di New York, London, Berlin, Los Angeles, Paris, Lebanon, Turki, Iran, Irak, Suriah, Palestina Tepi Barat, juga di Gaza, Thailand, Filipina, Malaysia, Indonesia dan berbagai negara lainnya. Setiap tahunnya semakin bertambah jumlah kota dan negara yang menggelembungkannua. Mereka membawa poster dan spanduk bertuliskan kalimat perlawanan terhadap kesewenang-wenangan dan penjajahan. Bendera nasional Palestina dikibarkan banyak dan tinggi-tinggi dan disaat yang sama tidak jarang demonstrasi diwarnai dengan aksi membakar bendera Israel dan Amerika Serikat sebagai negara penyokong utama rezim Zionis. Orasi-orasi para demonstran berisi kecaman terhadap kejahatan kemanusiaan di Palestina.


Masyarakat Indonesia juga menjadikan peringatan Hari Alquds se Dunia sebagai salah satu agenda Ramadan. Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 10 kota yang turut serta menyambut seruan Al-Quds, di antaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Garut, Surabaya, Batam, Palembang, Pontianak, Balikpapan, Medan, Banjarmasin, Makassar dan kota-kota lainnya. Berbeda dengan di Iran, yang pelaksanaan pawai akbar pernyataan dukungan pada Palestina dilaksanakan sebelum salat Jumat, di Indonesia di beberapa kota dilaksanakan biasanya seusai salat Ashar, sambil menunggu berbuka puasa. Di Jakarta sendiri, aksi demonstrasi Hari Alquds dipusatkan di depan kantor kedutaan Amerika Serikat di Jakarta Pusat. Dipilih, kedutaan AS, karena washingtonlah yang secara terang-terangan dan terbuka mendukung rezim Zionis baik secara politik maupun finansial.


Bagi sebagian orang, Yaumul Quds terlihat terkesan seremonial saja. Hanya berupa dukungan simbolis kepada rakyat Palestina. Tapi sebenarnya tidak bagi bangsa Palestina. Jika Yaumul Quds setiap tahunnya semakin bertambah jumlah mereka yang turun ke jalan meneriakkan pembebasan dan kemerdekaan Palestina, itu menunjukkan bangsa Palestina tidak penah sendiri dalam menghadapi masalahnya. Rakyat Palestina menghadapi tahun-tahun berat saat ini. Belum pernah ada pengusiran dan penyerobotan rumah sebrutal yang dilakukan rezim Zionis dalam beberapa tahun terakhir ini terhadap rakyat Palestina. Perumahan ilegal untuk Yahudi juga dibangun gila-gilaan di pemukiman Palestina. Hari ini rakyat Palestina jauh lebih membutuhkan dukungan moril. Yaumul Quds hadir di Jumat terakhir bulan Ramadan, untuk mengingatkan umat Islam, jangan lupakan nasib bangsa Palestina. Minimal panjatkanlah doa terbaik di hari yang terbaik, untuk negeri yang memiliki peran historis penting dalam dunia Islam. Jangan biarkan Palestina sendirian!.


-Ismail Amin-


Presiden Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Iran 2019-2021

Mahasiswa S3 Universitas Internasional Almustafa Republik Islam Iran


(Dimuat pertamakali di Harian Tribun Timur, Jumat 7 Mei 2021)

Suriah sebelum tahun 2011 adalah negara yang damai dan aman. Warganya yang hidup dalam keragaman menjalani hari-harinya dengan harmonis. Kesejahteraan dan kemakmuran penduduknya hampir merata dengan hutang luar negeri nyaris nol. Suriah bukan hanya menjadi tujuan wisata turis mancanegara, namun juga destinasi pendidikan yang menjadi target pelajar asing untuk melanjutkan studinya. Setidaknya sesaat sebelum konflik tercatat 250 mahasiswa Indonesia sedang studi diberbagai kota di Suriah. Sampai saat ini, alumni mahasiswa Indonesia di Suriah total menembus angka 10 ribu orang.


Sekretaris Jenderal Al-Syami (Ikatan Alumni Syam Indonesia) Najih Ramadhan yang pernah berada di Suriah dari tahun 2009 sampai 2013 melalui obrolan langsung dengan penulis menyebutkan Suriah adalah target pelajar Indonesia untuk mendalami ilmu-ilmu agama. Ia menyebut Suriah adalah gudangnya ulama Sunni Syafii dengan pengamalan khas yang begitu dekat dengan tradisi Nahdiyin.

Semboyan Suriah yang tegas dipegang pemerintah dan rakyatnya, “al-Din lillah, wa al-Wathan lil Jami’ "-agama untuk Allah, negara untuk rakyat-. Di Suriah agama dan keyakinan menjadi urusan pribadi yang tidak dicampuri negara. Negara hanya mengurusi kesejahteraan dan keamanan rakyatnya tanpa memandang apa agamanya. Tidak pernah terjadi di Suriah demonstrasi menentang calon pemimpin hanya karena beda agama atau beda mazhab. 

Namun dipertengahan 2011 tiba-tiba terjadi perang besar yang merusak banyak infrastruktur dan sendi-sendi kehidupan di Suriah. Kelompok pemberontak yang diback up negara-negara Barat termasuk Turki membuat kekacauan di Suriah. Dibantu milisi-milisi asing bersenjata berat dan mengantongi fatwa ulama-ulama Arab Saudi untuk jihad di Suriah, kubu pemberontak berhasil merebut sejumlah wilayah Suriah. Banyak yang menyebut, isu utamanya adalah karena perbedaan mazhab. Presiden Suriah Bashar Assad adalah rezim Syiah yang membantai warga Suriah yang Sunni, dan informasi inilah yang sedemikian massif beredar di Indonesia.

Sebenarnya fakta yang diungkap para pelajar Indonesia yang menyaksikan dan merasakan langsung kehidupan di Suriah sebelum dan pasca konflik tersebut sudah cukup untuk membantah informasi tidak benar mengenai Suriah. Mereka adalah pelajar yang bermazhab Sunni dan belajar dari alim ulama Suriah yang juga Sunni diantaranya Syaikh Muhammmad Said Ramadan al-Bouthi, Syaikh Adnan Al-Afyouni, Syaikh Ahmad Kaftaro, Syaikh Nuruddin dan lain-lain. Kalau memang rezim Assad memusuhi dan membunuhi rakyatnya yang Sunni, tentu ulama-ulama Sunni yang bermukim di Damaskus itulah yang lebih dulu dibunuh. Faktanya setidaknya Syaikh Ramadan al-Bouthi dan Syaikh Adnan al-Afyouni justru terbunuh oleh aksi bom bunuh diri kelompok pemberontak, bukan oleh rezim Assad. 

Dubes Indonesia untuk Suriah Djoko Harjanto sampai turut angkat bicara. Dalam wawancaranya dengan Republika (21/3/2016) menyebut pemerintah Suriah membunuhi rakyatnya tidak benar. Ia menjelaskan, di balik ketangguhan Bashar Assad sampai tidak jatuh oleh ronrongan internasional itu karena dukungan solid rakyatnya. Mengenai adanya pihak oposisi, itu biasa dalam sistem bernegara, sebutnya.

Tidak cukup dengan itu, untuk membendung berita hoax, sampai  Ketua Persatuan Ulama Suriah   Syaikh Taufiq Ramadhan Al-Buthi dan Mufti Agung Damaskus Syekh Muhammad Adnan Al Afyouni merasa perlu ke Indonesia dan menjelaskan langsung apa sebenarnya yang terjadi di Suriah. Informasi yang seharusnya mengubur hoax mengenai Suriah di Indonesia. Namun suara-suara mereka teredam oleh bunyi riuh mesin media-media raksasa yang pro kejatuhan Assad dan juga propaganda sejumlah ormas yang seolah tidak mau tahu fakta sebenarnya, intinya Bashar Assad harus jatuh. 

Merusaknya Berita Hoax

Serbuan informasi manipulatif dan berita-berita hoax mengenai Suriah begitu gencar memasuki ruang-ruang pribadi kita. Merusak dan menghancurkan banyak hal. Nikmatnya berselancar di dunia maya dirusak oleh ketegangan karena perdebatan mengenai konflik di Suriah. Media sosial yang sebelumnya digunakan untuk bercengkrama virtual dan bersenang-senang, berubah karena turut emosional menyikapi pro dan kontra konflik Suriah. Hubungan persahabatan bahkan kekeluargaan berantakan karena pilihan sikap yang berbeda. Berapa banyak WAG yang hambar karena perdebatan mengenai Suriah?.


Yang memilih memaparkan bukti-bukti kebohongan media-media propagandis pemberontak Suriah, akan mendapat teror secara pribadi, dan akun medsosnya akan dilaporkan ramai-ramai untuk diblokir paksa. Memilih netralpun akan menerima hujan hujatan. Fenomena yang sangat ganjil sebenarnya. Fenomena yang tidak bisa diterima. Tidak pernah kita berdebat dan saling membenci sekeras itu sebelumnya karena negeri yang dilanda perang nun jauh disana. Ada misi politik dibalik kampanye memusuhi Bashar Assad di Indonesia. Jangan dipungkiri, konflik Suriah telah mengalihkan perhatian umat Islam dari membela Palestina. Selama 10 tahun konflik Suriah, Israel terus membangun pemukiman Yahudi di territorial Palestina.


Terlebih lagi, konflik Suriah dibawa-bawa ke ranah aqidah. Syiah yang sebelumnya tidak pernah jadi perhatian khusus di Indonesia, tiba-tiba menjadi fokus perdebatan dan menguras energi umat. Sebelum 2011 tidak pernah ada yang mengurusi Assad itu mazhabnya apa, padahal telah menjadi presiden di Suriah sejak tahun 2000. Namun tiba-tiba ia diklaim Syiah yang membantai rakyatnya sendiri yang Sunni. Efek isu Syiah menembus sampai ke Indonesia. Ulama Indonesia yang menolak mengkafirkan Syiah akan tervonis Syiah juga. Iran yang sebelumnya dielu-elukan di era Ahmadi Nejad sekarang menjadi sasaran hujatan dan kebencian karena mayoritas penduduknya Syiah.

Betapa banyak yang tidak memahami Syiah tapi dengan mudah menghakimi, dengan berdalih adanya konflik di Suriah yang oleh media bacaannya digambarkan sebagai rezim Syiah yang membantai Sunni. Betapa informasi dan berita yang penuh kebohongan telah begitu sangat menghancurkan dan merusak. Tidak sedikit yang terbakar ghirah membela sesama muslim yang berangkat ke Suriah untuk turut bergabung dengan pemberontak. Tidak sedikit donasi bentuk simpatik dan kepedulian yang tergelontorkan menuju Suriah yang sayangnya tidak sedikit yang malah jatuh ketangan pemberontak. Sudah berapa banyak waktu yang terkuras saling bersitegang seolah paling tahu kondisi sebenarnya di Suriah. Betapa kita saling mengujat ataupun tidak lagi bertegur sapa karena kebohongan yang tersebar massif dan berulang-ulang. 

Kemenangan Bashar Assad dalam Pilpres Suriah pada Rabu (26/5) dengan meraup 95,1 % suara adalah fakta terbaru yang tidak terbantahkan bahwa Assad dicintai rakyatnya. Moammar Qadafi di Libya, Ben Ali di Tunisia, Husni Mubarak di Mesir, adalah pemimpin-pemimpin Arab yang tumbang oleh hempasan badai Arab Spring. Assad bisa bertahan di tengah badai meski jauh lebih mengerikan, karena kuatnya dukungan rakyat. Ada 13 juta lebih rakyat Suriah yang memilihnya untuk kembali menjadi Presiden sampai 2028. Fakta yang menampik hoax keji yang beredar di Indonesia. 

-Ismail Amin-


Presiden IPI Iran 2019-2021

Mahasiswa S3 Universitas Internasional Almustafa Republik Islam Iran 


(Dimuat pertamakali di Harian Tribun Timur, Jumat 4  Juni 2021)

Arab Saudi dan Iran menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1929 dengan penandatanganan Perjanjian Persahabatan Saudi-Iran. Namun karena Iran mengakui Israel, hubungan menjadi tidak aktif. Hubungan membaik pada tahun 1960-an, ketika Raja Saud naik tahta menggantikan ayahnya, Raja Abdul Aziz al-Su'ud. Hubungan baik itu ditandai dengan saling mengunjungi antar keduanya. Raja Saud mengundang secara khusus Syah Pahlevi untuk menunaikan ibadah haji. Beberapa kompi dipersiapkan khusus untuk pengamanan Syah selama di Saudi. Iran dan Saudi juga menggagas berdirinya OPEC, yang diawal kemunculannya sangat disegani Barat. 

Ketika Raja Faisal naik tahta, hubungan terancam memburuk. Syah Pahlevi tahu diri. Raja Faisal keras pada Zionis, sementara Syah berhubungan dekat dengan Israel. Namun, demi misinya membangun solidaritas Islam, tahun 1966 Raja Faisal ke Tehran. Dia secara khusus mengajak Syah untuk bergabung dengan lembaga-lembaga Islam multinasional yang digagasnya, seperti OKI dan Liga Muslim Dunia. Syah Pahlevi menyambut baik dan mendukung proyek Pan-Islamisme Raja Faisal. 


Dalam sebuah korespondensi, Syah mengirim surat kepada Raja Faisal untuk mempengaruhinya agar memodernisasi Arab Saudi tidak setengah-setengah. "Ayolah, saudaraku!. Modernkan. Buka negaramu. Jadikan sekolah bercampur perempuan dan laki-laki. Biarkan perempuan memakai rok mini. Bangunlah disko. Jadilah modern. Kalau tidak, saya tidak jamin bro, kamu akan tetap di singgasanamu."

Sebagai tanggapan, Raja Faisal menulis, "Yang Mulia, saya menghargai saran anda. Bolehkah saya mengingatkan anda?. Anda bukan Syah Prancis. Anda tidak sedang berada Lysee. Anda berada di Iran. Populasi rakyat anda 90 persen muslim. Please don’t forget that."


Meski tidak satu paham terkait modernisasi, era 60 sampai 70-an adalah hubungan emas Riyadh-Tehran. Kedua kerajaan ini membangun koalisi yang mendapat pengakuan dunia sebagai dua tokoh politik yang paling berpengaruh di Timur Tengah. Syah Pahlevi dan Raja Faisal meluncurkan program besar-besaran pembangunan militer, program modernisasi domestik dan proyek pembangunan ekonomi dan sosial yang mengesankan. Proyek keduanya berjalan mulus, dengan lonjakan pendapatan minyak mereka yang tak tertandingi. Pada dekade ini duet maut Menteri Perminyakan Saudi Ahmed Zaki Yamani dan Menteri Keuangan Iran Jamshid Amouzegar membuat pakar-pakar ekonomi AS dan Barat kelimpungan. Kerjasama-kerjasama bisnis yang dirancang dengan AS selalu menguntungkan keduanya. AS menyebut Iran dan Saudi sebagai pilar kembar yang paling menentukan nasib AS di kawasan. 



Sayang, Pahlevi lebih memilih tetap mengakui Israel, meski telah berkali-kali dibujuk Raja Faisal untuk mendukungnya menggempur Israel. Syah fokus pada ambisinya membangun Iran dengan modernisasi ala Eropanya. Syah memanfaatkan ketegangan Saudi dengan AS dengan lebih dekat ke AS. Kesepakatan-kesepakatan bisnis ditandatangani yang membuat pundi-pundi kekayaan Syah makin melimpah. Dia menggelar perayaan 2.500 tahun Kekaisaran Persia, pada 12-16 Oktober 1971. Dia ingin menunjukkan peradaban dan sejarah kuno Iran dan kemajuan kontemporer Iran di bawah kuasanya. Iran di bawah kendali Syah memiliki kekuatan militer paling mengerikan kelima di dunia. 


Dengan mengundang 600 tamu kehormatan yang dijamu dengan makanan dan anggur yang disediakan restoran Paris Maxim's. Peralatan makan dibuat menggunakan porselen dan linen Limoges oleh D. Porthault. 250 mobil Mercedes-Benz 600 digunakan untuk mengantar tamu dari bandara dan kembali. Perayaan acara itu tercatat dalam Guinness Book of World Records sebagai pesta paling mahal yang pernah diadakan dalam sejarah modern.


Meski diundang, Raja Faisal menolak hadir. Dia tidak mungkin hadir diacara super glamour disaat dia dengan dekritnya meminta kerajaan melakukan penghematan. Dia sekali lagi hanya mengingatkan, "Anda muslim, dan tidak sepantasnya menghabiskan ratusan juta dollar hanya untuk pesta perayaan." Prediksi Raja Faisal benar, pesta berlebihan itu hanya akan menghancurkan Syah. Dari Najaf, Imam Khomeini mendorong rakyat Iran berdemonstrasi memprotes penghamburan kas negara oleh Syah. Imam Khomeini menyebut pesta itu dengan "Festival Iblis". 

Meski Raja Faisal tumbang lebih dulu, dengan insiden penembakan oleh keponakannya pada tahun 1975, namun kekuasaan Syah Pahlevi akhirnya tergulung oleh gelombang revolusi Imam Khomeini empat tahun kemudian. Bukan hanya Syah harus kehilangan singgasananya, namun imperium yang sempat diperingati usianya yang ke 2500 tahun itu juga ikut terkubur. 


Arah politik kedua negara berubah drastis. Sepeninggal Raja Faisal, Saudi menjadi lebih moderat pada AS dan lebih lunak pada Israel. Dan ditinggal Syah Pahlevi yang kabur, Iran menjadi sangat keras pada AS dan menjadi musuh paling berbahaya bagi Israel. Hubungan Riyadh-Tehran yang sempat mesra pun, kembali menegang. 


Sayang sejarah tidak mengizinkan, Imam Khomeini dan Raja Faisal yang sama-sama anti Zionis dan pro Pan-Islamisme hidup di era keduanya sama-sama pemegang pucuk kekuasaan di negaranya masing-masing. Aliansi keduanya, tentu akan membuat AS dan Israel tidak bisa tidur nyenyak. Mimpi buruk yang mengerikan.

Publik Indonesia baru mengenal Bashar Assad pasca perang saudara di Suriah di pertengahan tahun 2011. Itupun dengan citra negatif sebagaimana yang dipropagandakan media-media Barat. Sebelumnya Suriah tidak pernah menjadi perhatian. Sebab memang, sebelum 2011 Suriah dikenal sebagai negara teraman di Timur Tengah. Tidak ada pengeboman, kerusuhan termasuk demonstrasi. Suriah adalah negara sekuler, yang agama menjadi urusan private. Intinya, Suriah tidak menjadi sorotan, sebab semuanya aman dan baik-baik saja. Tidak sebagaimana negara-negara tetangga, yang
membara oleh konflik dan ketidak pastian nasib, sehingga selalu menjadi langganan headline berita topik Timur Tengah. 

Tidak banyak yang tahu, sebelum konflik Suriah pecah, Assad sudah menjadi presiden selama satu dekade. Dia telah melalui dua kali pemilihan presiden. Terpilih di tahun 2000 dan 2007. Total saat ini, Assad sudah melalui empat kali pemilihan presiden yang kesemua dimenangkannya. Diluar spekulasi bahwa hasil pemilu direkayasa dan penuh dengan kecurangan, dunia internasional mengakui, dibalik kemenangan quattrick itu, rakyat Suriah mencintai Bashar Assad. 

Melalui berita-berita konflik Suriah yang diblow up secara massif oleh media-media internasional, publik Indonesia jadi mengenal Bashar Assad. Dia digambarkan diktator dan bengis pada rakyatnya. Pro dan kontra muncul mengenai sosoknya. Tidak pernah terjadi sebelumnya, masyarakat Indonesia terpolarisasi oleh konflik di sebuah negeri yang nun jauh di Timur Tengah sana. Namun ada satu sosok lagi, yang sebenarnya sangat berpengaruh dibalik ketangguhan Assad sehingga tidak mudah dijungkal oleh konspirasi asing. Tidak banyak publik Indonesia yang tahu, karena memang sengaja ditutup-tutupi oleh media Barat. 

Dia adalah Asma Fawaz Akhras. Ibu negara Suriah. Dia adalah istri Bashar al-Assad. Dia disebut sebagai ibu negara yang paling menarik dan enerjik. Dia memiliki kemiripan dengan Putri Diana, kombinasi yang langka: keanggunan, kecerdasan dan kesederhanaan. Majalah Mingguan Prancis, Paris Match menyebutnya, "Gemerlap cahaya di negara yang penuh dengan zona bayangan." Sementara majalah Voque menggelarinya, a rose in the desert, sekuntum mawar di tengah gurun. 

Asma lahir 11 Agustus 1975 di London dari pasangan Fawaz Akhras, seorang ahli jantung di Rumah Sakit Cromwell, dan istrinya Sahar Akhras, seorang pensiunan diplomat yang bekerja di Kedutaan Besar Suriah di London. Kedua orangtuanya Muslim Sunni yang berasal dari kota Homs. Asma meraih lulusan terbaik ilmu komputer di King's College University dan meraih gelar diploma dalam sastra Prancis. Ia juga mendapat gelar doktor arkeologi kehormatan dari universitas La Sapienza di Roma. Asma menguasai 4 bahasa asing: Inggris, Arab, Prancis dan Spanyol. 

Asma menikah dengan Assad pada tahun 2000. Disaat baru beberapa bulan Assad menjadi presiden. Sebelumnya dia bekerja sebagai bankir di London. Yang karena pernikahan itu, dia akhirnya menetap di Suriah. Dia tetap memiliki dua kewarganegaraan, Suriah dan Inggris. Dari pernikahan dengan Assad, dia memiliki tiga anak, 1 putri dan 2 putra.

Sama dengan suaminya, yang dicitrakan buruk oleh mesin propaganda Barat, diapun kena imbasnya. Asma dicitrakan sebagai perempuan terpelajar yang tidak berdaya di depan suaminya yang diktator dan haus darah. Di tengah Suriah banjir darah dan jutaan rakyat terancam kelaparan, dia diberitakan tetap sibuk dengan gaya hidupnya yang glamour. Namun kesemua pemberitaan itu tidak berarti di depan rakyat Suriah yang masih tetap mendapatkan uluran lembutnya dan menyaksikan langsung kehadirannya mendatangi dan menyapa korban-korban konflik. 

Asma sudah mendapatkan popularitasnya di mata rakyat Suriah beberapa bulan setelah menikah dengan Assad. Setelah pernikahan, Asma melakukan blusukan dengan penyamaran ke 300 desa, ke setiap provinsi, rumah sakit, pertanian, sekolah, pabrik dan fasilitas-fasilitas publik, dan tidak ada yang mengetahui bahwa dia ibu negara. Dari pembicaraannya langsung dengan warga Suriah yang ditemuinya, dia merancang kebijakan-kebijakan publiknya. 

Dia membangun yayasan-yayasan amal di bawah pengawasan pemerintah yang disebut sebagai Syria Trust for Development. Dia membentuk FIRDOS (kredit mikro pedesaan), SHABAB (keterampilan bisnis untuk kaum muda), BASMA (membantu anak-anak pengidap kanker), RAWAFED (pengembangan budaya), Organisasi Suriah untuk Penyandang Cacat, dan Pusat Penelitian Pembangunan Suriah. Yang paling populer adalah pusat MASSAR yang dia buat, lembaga yang berfungsi sebagai pusat komunitas bagi anak-anak untuk belajar kewarganegaraan aktif. Lembaga ini didanai secara pribadi. Dengan semua aktivitas kemanusiaan dan sosial yang dia kerjakan, Asma mendapat gelar, "Perempuan Arab Paling Berpengaruh di Dunia" oleh Majalah Timur Tengah. Pada 2008, dia juga mendapat medali emas dari kantor kepresidenan Italia sebagai pengakuan atas aktivitas kemanusiaannya. 

Sebagai ibu negara, Asma berhak mendapat fasilitas pengamanan yang istimewa, namun dalam semua aktivitasnya itu, dia mengabaikannya. Angelina Jolie ketika datang ke Suriah bersama Brad Pitt untuk PBB pada tahun 2009, dia terkesan dengan Asma yang mendorong pemberdayaan di antara pengungsi Irak dan Palestina yang ada di Suriah. Namun yang mengkhawatirkan kedua pasangan bintang Hollywood itu, Ibu Negara tidak mendapat pengawalan apapun. Ketika ditanya oleh Brad Pitt, "Mana pengawal anda?"

Dengan nada bergurau Asma menjawab, "Lihat wanita tua di jalan itu? Itu salah satunya! Dan orang tua yang menyeberang jalan itu?"

Dari apa yang dikerjakan Asma, termasuk kesederhanaannya sebagai first lady,  rakyat Suriah tahu, berlian harus dipertahankan. Dunia mengenal apa yang dikerjakan Leila Trabelsi, ibu negara Tunisia, istri presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang dikudeta. Dia kabur membawa satu setengah ton emas. Dengan gaya hidupnya yang glamour dan kemaruk harta Leila dijuluki ”Marie Antoinette”-nya Tunisia. Marie Antoinette adalah istri Raja Perancis Louis XVI yang dihukum mati dipenggal kepalanya dengan guillotine karena disebut sebagai penguras harta negara. Begitu juga dengan Imelda Marcos, istri Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Dia dikenal sebagai manusia paling gila belanja dalam sejarah modern. 

Sebagai ibu negara, Imelda tak menyia-nyiakan kekuasaan. Di bawah pemerintahan suaminya, Filipina memiliki angka korupsi yang tinggi, ekonomi yang terpuruk, tetapi keluarga presiden tetap bergelimang harta. Untuk memenuhi hobinya berbelanja, Imelda dengan fasilitas negara akan ke pusat-pusat belanja dunia dan menghabiskan jutaan dollar sekali belanja. Laman Filipiknow.net bahkan menyebutkan, dalam sebuah perjalanan ke Roma, Marcos meminta pesawatnya berputar balik. Imelda meminta hal itu karena pesawat tersebut tidak memiliki keju yang bisa disajikan dalam hidangan. Ia meminta pesawat kembali ke Roma hanya untuk membeli keju yang diinginkan.

Sangat kontras dengan Asma. Dia meminta pada suaminya sebuah bangunan putih kecil tempat dia berkantor dan bekerja setiap harinya sebagai ibu negara yang berdesakan dengan rumah-rumah warga. Warga yang menjadi tetangga kantornya bahkan bisa melihatnya dan melambaikan tangan dari balkon, menyapa ibu negara. 

Sampai sekarang pun Asma masih kerap menjalankan rutinitasnya blusukan. Menemui rakyat miskin dan orang sakit. Ia memberikan semangat dan bantuan yang dibutuhkan. Meski tanpa hiasan yang mewah, dia tetap tampil elegan dan cantik sebagai ibu negara. Di tengah konflik dasyhat dia tetap mendampingi suaminya. Dengan tetap setia pada Assad, dia mendapat kecaman Barat. Uni Eropa bahkan menjatuhkan sanksi kepada Asma. Aset-asetnya dibekukan dan ditetapkan larangan bepergian ke Uni Eropa. Mereka berharap Asma bisa membujuk dan menekan suaminya untuk mundur saja, agar konflik di Suriah bisa segera padam. Tapi Asma tidak bergeming, dia tetap di sisi suaminya, di tengah-tengah rakyat Suriah. 

Bandingkan dengan Safiya, istri kedua Moammar Qaddafi. Ketika konflik masih bergelora di Libya dan suaminya masih berjuang menghadapi pemberontak, Safiya lebih memilih mencari selamat. Ia kabur ke Aljazair, meninggalkan suaminya tewas dikeroyok pemberontak.

Assad beruntung memiliki Asma. Sekuntum mawar di tengah gurun. 


Welcome to My Blog

Tentang Saya

Foto saya
Lahir di Makassar, 6 Maret 1983. Sekolah dari tingkat dasar sampai SMA di Bulukumba, 150 km dari Makassar. Tahun 2001 masuk Universitas Negeri Makassar jurusan Matematika. Sempat juga kuliah di Ma’had Al Birr Unismuh tahun 2005. Dan tahun 2007 meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu agama di kota Qom, Republik Islam Iran. Sampai sekarang masih menetap sementara di Qom bersama istri dan dua orang anak, Hawra Miftahul Jannah dan Muhammad Husain Fadhlullah.

Promosi Karya

Promosi Karya
Dalam Dekapan Ridha Allah Makassar : Penerbit Intizar, cet I Mei 2015 324 (xxiv + 298) hlm; 12.5 x 19 cm Harga: Rp. 45.000, - "Ismail Amin itu anak muda yang sangat haus ilmu. Dia telah melakukan safar intelektual bahkan geografis untuk memuaskan dahaganya. Maka tak heran jika tulisan-tulisannya tidak biasa. Hati-hati, ia membongkar cara berpikir kita yang biasa. Tapi jangan khawatir, ia akan menawarkan cara berpikir yang sistematis. Dengan begitu, ia memudahkan kita membuat analisa dan kesimpulan. Coba buktikan saja sendiri." [Mustamin al-Mandary, Penikmat Buku. menerjemahkan Buku terjemahan Awsaf al-Asyraf karya Nasiruddin ath-Thusi, “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” diterbitkan Pustaka Zahra tahun 2003]. Jika berminat bisa menghubungi via SMS/Line/WA: 085299633567 [Nandar]

Popular Post

Blogger templates

Pengikut

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Ismail Amin -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -